Selasa, 27 September 2011

Pilih Sama-Sama Pasif

Mandegnya proses merger antara PT Putra Mataram Sejati (PMS) dengan PSS Sleman tak terhindarkan. Kondisi ini dipicu sikap pasif dari semua pihak yang berkompeten. Manajemen PSS memilih menunggu keputusan Pengcab PSSI Sleman. Sedangkan PMS menunggu langkah PSS.

Dihubungi Senin (26/9) sore, General Manajer (GM) PSS Sleman Djoko ”Johan” Handoyo kembali menegaskan kejelasan jabatan ketua umum sebagaimana yang diminta Erik Irawan dari perwakilan PMS seharusnya diselesaikan Pengcab PSSI Sleman. Nantinya, pengcab akan mengumpulkan 88 klub pemilik suara PSS.

Sebelumnya, menurut Johan, saat pertemuan 88 klub itu bisa saja terjadi musyawarah daerah luar biasa (musdalub) untuk memilih ketua umum baru. Namun, selama dua minggu ini pengcab tidak kunjung mengumpulkan klub-klub anggota.

Sekretaris Umum Pengcab PSSI Sleman Kuntadi mengaku masih menunggu instruksi Ketua Umum Pengcab PSSI Sleman Sri Purnomo. Meskipun pengcab tidak kunjung mengumpulkan klub-klub, Johan juga tidak proaktif menanyakan hal tersebut kepada Kuntadi. ”Saya belum ada omongan dengan Pak Kuntadi,” kata dia.

Antara Johan dan Erik hingga kini tidak terjalin komunikasi intensif terkait masa depan merger tersebut. Johan mengatakan pembicaraan tentang detail merger berupa tuntutan-tuntutan PSS kepada PMS menemui jalan buntu setelah Erik menyebutkan wacana ketua umum. Hingga kini pembicaraan tidak mengalami kemajuan.
Erik, yang dihubungi sebelumnya, mengaku proses merger hingga kini masih mandeg. Dia masih menunggu kejelasan soal jabatan ketua umum PSS yang hingga kini diemban mantan Bupati Sleman Ibnu Subiyanto.

Posisi ketua umum, menurutnya, sangat penting. Ini agar terjadi kejelasan siapa yang memegang kendali serta siapa yang bertanggung jawab secara hukum terkait perjanjian kerja sama tersebut.

Selain itu Johan mengatakan bila jadi merger sesuai tuntutan suporter PSS, Laskar Sembada harus bermain di level 1. Peluang tersebut -meski sangat kecil- masih mungkin terjadi jika sebagian dari 24 klub yang menduduki kompetisi tertinggi tidak lolos kualifikasi AFC. 
 
(radar jogja)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar